The Digital Divide: Scarcity, Inequality and Conflict


   

   KESENJANGAN DIGITAL




Konsep dari kesenjangan digital

Istilah "kesenjangan digital" pada dasarnya merupakan kesenjangan ekonomi dan sosial terkait dengan akses, penggunaan, atau dampak tekonologi informasi dan komunikasi. Ketikdaksamaan dalam hak akses pada komputer dan internet antara kelompok yang didasarkan pada satu atau lebih. Kesenjangan sosial tentang perbedaan akses antara berbagai kelompok sosial karena hambatan sosio - demografis seperti kelas , pendapatan, pendidikan , jenis kelamin, usia dan ras

Berdasarkan (Norris 2001; Meredyth et al 2003; . Servon 2002; Holderness 1998; Haywood 1998 ) kesenjangan digital didefinisikan sebagai berikut :

"Academics have generally defined the digital divide as being primarily about the gap
that exists between people who have access to the digital media and the Internet and
those who do not have any access."

Berdasarkan pengertian terseut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan digital kesenjangan yang ada antara orang-orang yang memiliki akses ke media digital dan internet dan mereka yang tidak memiliki akses apapun.

Namun, beberapa sarjana percaya bahwa masalah kesenjangan digital bersifat multidimensi dan lebih kompleks dari sekadar persoalan akses ke media digital dan internet oleh berbagai orang , negara dan wilayah (lihat Hassan 2004; Norris 2001; Servon 2002 ) . Mereka berpendapat bahwa mendefinisikan membagi hanya berdasarkan akses ke komputer dan internet sebenarnya sederhana dan tidak hanya melemahkan keseriusan masalah , tetapi juga solusi potensial untuk masalah dalam hal kebijakan publik . Seperti Lisa Servon berpendapat , kesenjangan digital ' telah didefinisikan sebagai masalah akses dalam arti sempit kepemilikan atau izin untuk menggunakan komputer dan Internet ' ( Servon 2002: 4 ) . Dia berpendapat bahwa kepemilikan dan akses tidak selalu jumlah untuk digunakan dalam semua kasus karena beberapa orang yang memiliki akses pengguna mungkin tidak terampil internet atau dalam kasus di mana mereka memiliki keterampilan , mereka mungkin tidak menemukan konten yang relevan online untuk menjadi pengguna konsisten. Sedangkan akses fisik ke komputer dan internet tentunya merupakan salah satu variabel kunci untuk menentukan kesenjangan digital , ada kebutuhan untuk memperluas konsep dengan melihat bagaimana faktor-faktor lain seperti membaca , melek teknologi , isi, bahasa , jaringan dan biaya yang berkaitan dengan akses internet , membantu dalam pemahaman tentang kesenjangan digital .

Penyebab terjadinya kesenjangan digital


  • Infrastruktur 

Masalah kesenjangan digital (digital divide) di Indonesia sebenarnya banyak dipengaruhi oleh tidak meratanya pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi dan regulasi di berbagai daerah. Adanya perbedaan pola hidup antara masyarakat perkotaan dan pedesaan di daerah-daerah yang sudah maju. Masyarakat perkotaan di daerah yang sudah maju mempunyai kemampuan dan wawasan yang lebih tinggi akan teknologi informasi dibandingkan masyarakat perkotaan yang hidup di daerah kurang maju. Demikian pula, masyarakat pedesaan di daerah yang sudah maju, mereka akan mempunyai pengetahuan yang sedikit lebih tinggi untuk mengenal teknologi informasi dibanding masyarakat pedesaan di daerah yang kurang maju (bahkan tidak terjangkau jaringan komunikasi sama sekali).
Contoh mudah mengenai kesenjangan infrastruktur ini yaitu orang yang memiliki akses ke komputer bisa bekerja dengan cepat. Ia bisa menulis lebih cepat dibandingkan mereka yang masih menggunakan mesin ketik manual. Contoh yang lain, orang yang mempunyai akses ke komputer internet, otomatis mempunyai wawasan yang lebih luas di bandingkan mereka yang sama sekali tidak punya akses ke informasi di Internet yang serba luas. Contoh-contoh berikut menunjukkan beberapa perbedaan yang memperburuk kesenjangan global, yang disebabkan oleh masalah infrastruktur :

    • Lebih dari 80 % orang di dunia belum pernah mendengar nada panggil , biarkan sendiri ' berselancar ' web atau menggunakan ponsel (UNDP 1999 : 78 ) . 
    • Afrika , yang memiliki sekitar 739.000.000 orang , hanya memiliki 14 juta telepon baris, yang jauh lebih kecil dari baris di Manhattan atau Tokyo ( Panos 2004 : 4 ) . 
    • Sub - Sahara Afrika memiliki sekitar 10 persen dari populasi dunia ( 626 juta ) , tetapi hanya 0,2 persen dari satu miliar sambungan telepon dunia ( ibid. : 4 ) . 
    • Biaya menyewa koneksi rata-rata hampir 20 persen per kapita PDB di Afrika dibandingkan dengan sembilan persen untuk dunia , dan hanya satu persen untuk negara-negara berpenghasilan tinggi ( ibid. : 4 ).

  • Kekurangan skill (SDM)

Kekurangan skill SDM disini bisa dikatakan sebagai minat dan kemampuan dari seseorang untuk menggunakan sarana digital. Masih banyak masyarakat yang merasa gugup, takut sehingga enggan menggunakan sarana digital seperti komputer atau laptop.

  • Kekurangan isi / materi (content) 

Konten berbahasa Indonesia menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses internet, di Indonesia terutama kota-kota tingkat pendidikan sudah lebih tinggi. Jadi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris. Sedangkan yang di desa, seperti petani-petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing (Inggris).

  • Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri

Berbicara mengenai kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur. Banyak orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap jam- bisa mengakses Internet tetapi "tidak menghasilkan apapun". Misal, ada seorang remaja punya akses ke komputer dan Internet. Tapi yang dia lakukan hanya Chatting yang biasa-biasa saja. Tentu saja, ia tidak bisa menikmati keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh teknologi digital. Itu artinya, kesenjangan digital tidak hanya bisa dijawab dengan penyediaan infrastruktur saja. Infrastruktur tentu dibutuhkan tetapi persoalannya adalah ketika orang punya komputer dan bisa mengakses Internet, pertanyaan berikutnya adalah, "apa yang mau diakses? Apa yang mau dia kerjakan dengan peralatan itu, dengan keunggulan-keunggulan teknologi itu.

  • Perbedaan kelas

Kelas merupakan salah satu penentu utama inklusi digital atau pengecualian . Mike Holderness berpendapat bahwa 'itu tetap kasus yang paling tajam , paling jelas enumerable membagi dalam ruang cyber adalah mereka berbasis di mana seseorang hidup dan berapa banyak uang satu memiliki ' ( Holderness 1998: 37 ) . Dalam kebanyakan kasus , orang kaya cenderung tinggal di tempat dengan infrastruktur telekomunikasi yang baik dengan broadband dan nirkabel jaringan , sedangkan miskin orang yang tinggal di ghetto kurang cenderung memiliki baik sanitasi , apalagi jaringan telekomunikasi yang baik (lihat Hoffman et al, 2000 . ; Ebo 1998) . Kecenderungan umum di kedua negara maju dan berkembang adalah bahwa kelas kaya adalah yang pertama untuk memiliki dan menggunakan teknologi media ini mutakhir sementara orang-orang miskin hanya mendapatkan mereka sebagai akibat dari efek ' trickle -down ' ketika harga komputer dan koneksi internet menjadi terjangkau . Sekali lagi , Internet sendiri adalah modal - intensif dan kemudian kebanyakan orang miskin disimpan di pinggiran nya karena komputer , modem , perangkat lunak dan Internet Service Provider ' bulanan langganan mungkin tidak terjangkau bagi mereka .

  • Pendidikan

Sebagian besar digital orang dikecualikan lebih cenderung kurang berpendidikan dan akan kurang baik dibayar dalam pekerjaan mereka , meskipun hal ini tidak berarti bahwa mereka tidak menggunakan Internet . untuk Misalnya , PBB Program Pangan Dunia ( UNWFP ) memiliki inovatif secara online kampanye penggalangan dana musiman di Afrika yang menghubungkan masyarakat miskin , kurang berpendidikan petani skala kecil di daerah pedesaan untuk menjual sebagian dari tanaman mereka secara online ( UNWFP 2007) . Demikian pula , orang juga dapat menemukan bahwa orang-orang tua berpendidikan mungkin sering menggunakan Internet lebih dari pemuda berpendidikan dan menganggur muda di daerah perkotaan maju dan berkembang . Namun, seperti Suzanne Damarin berpendapat , jenderal Kecenderungan adalah bahwa pendidikan atau kurangnya lebih lanjut memperkuat kesenjangan antara mereka yang bisa menggunakan internet dan mereka yang tidak bisa karena kemungkinan menggunakan Internet selalu meningkat dengan tingkat seseorang pendidikan karena pengarusutamaan TIK baru dalam pendidikan (lihat Damarin 2000 : 17 ) .

Dampak positif dan negatif kesenjangan digital

  • Dampak positif 

Kesenjangan digital bagi sebagian orang yang belum mengenal atau menerapkan teknologi adalah masyarakat dapat termotifasi untuk ambil bagian dalam peningkatan teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan teknologi masa kini yang dapat menyatukan atau menggabungkan berbagai informasi, data dan sumber untuk dimanfaatkan sebagai ilmu bagi kegunaan seluruh umat manusia melalui penggunaan berbagai media dan peralatan telekomunikasi modern. Dengan menggunakan berbagai media, peralatan telekomunikasi dan computer canggih, Teknologi Informasi akan terus berkembang dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan peradaban umat manusia di seluruh dunia. Kemajuan peradaban manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad informasi ini telah memudahkan manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya.

  • Dampak negatif kesenjangan digital

Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakainnya. Bila digunakan untuk hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan, tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan membahayakan orang lain. Misalnya ; Pembobolan Kartu Kredit, pembobolan kartu kredit (Credit Card Fraud) dengan modus mencuri dan memalsukan kartu kredit. Perbuatan ini menimbulkan kerugian pada pemilik kartu Bank penerbit bahkan merugikan Negara.
    • Bagi mereka yang mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi memiliki peluang lebih besar untuk mengelola sumber daya ekonomi, sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.
    • Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang terjadi.

Solusi mengurangi kesenjangan digital

  • Penyedian infrastruktur yang memadai.
  • Memberikan penyuluhan tenteng kemajuan teknologi informasi.
  • Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa
Langkah yang terbaik untuk mengurangi kesejangan digital adalah menyiapkan masyarakat untuk bisa menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi yang tersedia. Penyiapan kondisi psikologis bagi masyarakat untuk menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi bagi diri mereka sendiri akan lebih efektif dan mendewasakan masyarakat untuk bisa mengelola informasi dengan baik. Dengan kemajuan teknologi informasi seseorang atau masyarakat akan mendapat kemudahan akses untuk menggunakan dan memperoleh informasi. Misalnya dengan mengadakan penyuluhan kesekolah-sekolah tentang penggunaan Internet.

Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa, sehingga setiap masyarakat yang ingin mengakses informasi dapat tercapai dengan tersedianya fasilitas telekomunikasi yang memadai. Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam mengurangi digital divide. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa.

Kesimpulan


Kesimpulan ini saya ambil dari buku "Digital Culture Understanding New Media".

 "TIK baru dan internet tampaknya memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dengan menyediakan sejumlah besar informasi yang membantu warga untuk membuat pilihan informasi tidak hanya dalam politik dan bisnis , tetapi juga di tantangan sederhana yang mereka wajah dalam kehidupan sehari-hari seperti berbelanja atau memilih sekolah terbaik atau universitas untuk anak-anak mereka . Berbagai digital membagi dibahas dalam bab ini melambangkan serius masalah informasi kemiskinan yang mempengaruhi milyaran orang di usia disebut masyarakat informasi mana , sebagai instrumen banyak hak asasi manusia internasional negara, informasi yang seharusnya menjadi hak asasi manusia (lihat Pasal 19 , Deklarasi PBB ( 1948) , Pasal 19 , Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik ( 1966) ; Pasal 9 , Piagam Afrika ( 1981) ) . Hal ini sebagian karena masyarakat informasi wacana adalah berbasis pasar dan juga tertanam dalam globalisasi neo –liberal Proses yang mengutamakan kepentingan kekuatan korporasi global selama orang miliaran orang miskin tanpa akses ke Internet (lihat Preston 2001) . sementara informasi dan komunikasi secara hukum dianggap sebagai hak asasi manusia , besar industri komunikasi tidak tertarik untuk berinvestasi di negara-negara miskin dan masyarakat karena mereka tidak membuat keuntungan apapun karena ini terpinggirkan kelompok cenderung memprioritaskan kebutuhan sosial lainnya , bukan informasi . Namun , menurut mantan Sekretaris Jenderal PBB , Kofi Annan, perjuangan untuk makanan , tempat tinggal dan pakaian ini tidak berarti terpisah dari itu untuk informasi. Pada tahun 1999 ia menyatakan bahwa , "Orang-orang tidak memiliki banyak hal : pekerjaan , tempat tinggal , dan makanan , perawatan kesehatan dan air minum . Hari ini , yang terputus dari layanan telekomunikasi dasar adalah kesulitan hampir sama akut seperti ini kekurangan yang lain dan mungkin memang mengurangi kemungkinan menemukan solusi untuk mereka ' ( Annan 1999: 6 ) . Masalah digital membagi tidak boleh diserahkan kepada kekuatan pasar saja jika masuknya atau partisipasi orang terpinggirkan dalam masyarakat dan globalisasi proses informasi adalah menjadi direalisasikan. Solusi untuk masalah akses , infrastruktur , konten , teknologi literasi dan berbagai bentuk diskriminasi harus mengambil pendekatan multi –stakeholder dalam hal kerajinan respon kebijakan dan pelaksanaan disepakati strategi . Jika tidak, bisa dikatakan bahwa dalam lemah dan sakit ekonomi , penuh potensi internet mungkin tidak pernah terwujud karena cenderung ' ... untuk menghubungkan terhubung lebih dari perifer ' ( Norris 2001: 95 ) ."

Source :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar